BAB I
PENDAHULUAN
A.
Identitas
buku
Judul
buku : Psikolingistik:
Kajian Teoritik
Penulis : Abdul Chaer
Penerbit : PT Rineka Cipta,
Jakarta
Tahun
terbit : 2009
Jumlah
halaman : 313 halaman
Jumlah
bab : 15 bab
Buku
Psikolimguistik oleh Abdul Chaer ini terdiri dari 15 bab, dengan rincian
sebagai berikut:
BAB
I : PENDAHULUAN
BAB
II : SEJARAH
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
BAB
III : BAHASA DAN BERBAHASA
BAB
IV : HUBUNGAN BERBAHASA,
BERPIKIR, DAN BERBUDAYA
BAB
V : TEORI – TEORI LINGUISTIK
BAB
VI : TEORI PEMBELAJARAN DALAM
PSIKOLOGI
BAB
VII : ASPEK NEUROLOGI BAHASA
BAB
VIII : GANGGUAN BERBAHASA
BAB
IX : PEMEROLEHAN BAHASA: BEBERAPA
HIPOTESIS
BAB
X : PEMEROLEHAN SINTAKSIS
BAB
XI : PEMEROLEHAN SEMANTIK
BAB
XII : PEMEROLEHAN FONOLOGI
BAB
XIII : PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
BAB
XIV : PEMBELAJARAN BAHASA
BAB
XV : ASPEK MAKNA UJARAN
B.
Alasan
Pemilihan Buku
Penulis
memilih buku Psikolinguistik: Kajian Teoritik
karangan Abdul Chaer ini karena
buku ini buku yang sarat dengan teori-teori psikolinguistik, hal ini
tentu dipengaruhi oleh sang pengarang. Buku ini penulis rasa bisa membantu
mengetahui dan memahami mengenai psikolinguistik.
ISI BUKU
BAB I: PENDAHULUAN
1.
Psikologi
Psikologi
berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology berasal
dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti
jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
etimologi psikologi berati ilmu jiwa.
Pengertian
psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika psikologi masih berada atau
merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu
jiwa lazim dipakai sebagai padanan psikologi. Kini dengan berbagai alasan
tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa psikologi langsung menyelidiki
jiwa) istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.
2.
Linguistik
Linguistik adalah
ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah Sejalan dengan pendapat di atas Martinet mengemukakan (1987: 19) mengemukakan bahwa linguistik
adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
3.
Psikolinguistik
Psikolinguistik
mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan
bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Secara lebih rinci Chaer (2003:
6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat
struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur,
dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
4.
Subdisiplin
Psikolinguistik
a.
Psikolinguistik Teoritis
b.
Psikolinguistik Perkembangan
c.
Psikolinguistik Sosial
d.
Psikolinguistik Pendidikan
e.
Psikolinguistik Neourologi
f.
Psikolinguistik Eksperimen
g.
Psikolinguistik Terapan
5.
Induk
Disiplin Psikolinguistik
Beberapa pakar
berpendapat, psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu
merupakan nama baru dari psikologi bahasa (psychology of language) yang telah
dikenal beberapa waktu sebelumnya.
6.
Pokok
Bahasan Psikolinguistik
Pokok
bahasan Psikolinguistik itu eraat kaitannya dengan kegiatan proses
belajar-mengajar bahasa itu, yang mencakup masalah-masalah tertentu.
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN
PSIKOLINGUISTIK
Istilah
Psikolinguistik baru muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan
Charles E. Osgood yang berjudul Psycholinguistics: A Survey of Theory and
Research Problems, padahal sebenarnya sejak zaman Panini, ahli tata bahasa dari
India,dan Sokrates ahli filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa dan berbahasa
telah dilakukan orang.
1.
Psikologi
dalam Linguistik
Salah
satu pakar linguistik yang menaruh perhatian besar pada psikologi, yaitu Von
Humboldt (1767-1835), pakar linguistic berkebangsaan Jerman telah mencoba
mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia.
2.
Linguistik
dalam Psikologi
Jhon
Dewey (1859-1952), seorang empirisme murni dari Amerika. Ia mengkaji bahasa dan
perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistic bahasa kanak-kanak
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi.
3.
Kerja
Sama Psikologi dan Linguistik
Secara
langsung dimulai sejak 1860, Heyman Steinthal seorang ahli psikologi yang
beralih menjadi ahli linguistik, menurutnya ilmu psikologi tidak mungkin dapat
hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Kerja sama ini kemudian lebih erat pada tahun
1901 di Jerman oleh Albert.
4.
Psikolinguistik
sebagai Disiplin Ilmu Mandiri
Pada
awal perkembangannya banyak pakar psikologi yang berminat pada linguistic, dan
banyak pakar linguistik yang berminat pada psikologi, sehingga melahirkan kerja
sama antara pakar linguistik dan psikologi untuk menelaah masalah
keberbahasaan maka dalam periode ini
banyak pakar yang tidak merasa lagi sebagai ahli psikologi maupaun ahli
linguistik, melainkan merasakan dirinya sudah sebagai pakar psikolinguistik.
5.
Tiga
Generasi dalam Psikolinguistik
Tiga
generasi dalam psikolinguistik menurut Parera (1996).
a.
Psikolinguistik
Generasi Pertama
Parera
mencatat kelamahan dari teori psikolinguistik generasi pertama ini yaitu adanya
sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa, psikolinguistik generasi pertama
ini bersifat anomistik, dan psikolinguistik generasi pertama ini bersifat
individualis.
b.
Psikolinguistik Generasi Kedua
Generasi
kedua ini berpendapat bahwa dalam proses
berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang
diperoleh, melainkan kaidah dan system kaidah yang diperoleh,
c.
Psikolinguistik Generasi Ketiga
Pertama,
orientasinya kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Kedua,
keterlepasan dari kerangka “psikolinguistik kalimat” dan keterlibatan
dalam psikolinguistik yang berdasarkan
situasi dan konteks. Ketiga, adanya satu pergeseran dari analisis mengenai
proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan
perpikiran.
BAB III BAHASA DAN BERBAHASA
1.
Hakikat
Bahasa
Bahasa
itu bukan merupakan system tunggal yang dibangun oleh sejumlah subsistem
(subsistem fonologi, sintaksis, dan leksikon)
2.
Asal-Usul
Bahasa
Banyak
ahli berpendapat mengenai asal-usul bahasa. Bahasa itu yang terjadi dari proses
onomatope ,maupun dari kesadaran manusia itu sendiri.
3.
Fungsi-Fungsi
Bahasa
Fungsi-fungsi
bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan
perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan.
4.
Sturuktur
Bahasa
Sturuktur
itu sama dengan tata bahasa yang
meupakan pengetahuan penutur suatu bahasa mengenai bahasanya, yang disebut
dengan kompetensi yang dimanfaatkan
dalam pelaksanaan bahasa. Di dalam pelaksanaan bahasa itu ada konsep struktur –dalam dan adanya sturuktur-luar.
BAB IV HUBUNGAN BERBAHASA,
BERPIKIR, DAN BERBUDAYA
Teori Wilhelm Von
Humboldt berpandangan hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa
masyarakat itu sendiri.
Teori Sapir-Whorf. Menurut
hipotesis Whorf /hipotesis Sapir Whorf
mengenai relativitas bahasa. Menurut hipotesis itu, bahasa-bahasa yang berbeda
“membelah alam” ini dengan cara yang berbeda, sehingga tercipta salah satu
relativitas sitem-sitem konsep yang tergantung pada bahasa-bahasa yang beragam
itu.
Teori Jean Piaget. Sarjana
Perancis ini berpendapat bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran
bahasa tidak akan ada, karena pikiran yang menentukan aspek-aspeksintaksis dan
leksikon bahasa; bukan sebaliknya.
Teori L.S. Vygotsky. Sarjana
bangsa Rusia ini berpendapat bahwa adanya satu tahap perkembangan bahasa
sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum
adanya bahasa.
Teori Noam Chomsky. Ia
mengajukan teori klasik yaitu teori hipotesis
nurani. Hipotesis nurani berpendapat bahwa sturuktur-sturuktur-dalam bahasa
adalah sama, sturuktur bahasa – dalam
adalah nurani.
Teori Eric Lenneberg. Eric
Lennerberg mengajukan teori yang disebut Teori Kemampuan Bahasa Khusus. Ia
menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk berbahasa
didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia yang bersumber pada genetik
tersendiri secara asal.
Teori Bruner. Bruner
dengan teori yang disebut Teori
Instrumentalisme bahwa bahasa
ada;lah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu.
Kekontroversialan Hipotesis
Sapir-Whorf
Para
ahli mengkritik dan menguji hipotesis Sapir-Whorf itu, bahasa bukan menyebabkan
perbedaan-perbedaab kebudayaan, tetapi hanya mencerminkan kebudayaan tersebut.
Kebudayaan
adalah milik suatu masyarakat, sedangkan pemikiran milik perseorangan.
Anggota-anggota masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama sering memiliki
pemikiran atau pandangan hidup yang berbeda.
BAB V: TEORI-TEORI LINGUISTIK
Teori Ferdinand De Saussure
(1858-1813). Seorang linguis Swiss yang sering
disebut sebagai Bapak atau Pelopor Linguistik Modern. Bukunya yang terkenal
Course de Linguistique Generale yang diterbitakan murid-muridnya
sendiri berdasarkan catatan kuliah setelah Saussure meninggal.
Teori Leonard Bloomfield
(1887-1949). Teori Bloomfield didasarkan pada
andaian-andaian dan defenisi-defenisi karena kita tidak mungkin mendengar semua
ujaran di dalam suatu masyarakat tutur.
Dalam teori Bloomfield ada beberapa istilah/term yang dikenal hingga
sekarang. Yaitu: Fonem, Morfem, Frase, Kata Kalimat.
Teori Jhon Rupert Firth (1890-1960). Manurut Firth
arti tiap kalimat terdiri dari lima dimensi yaitu:
1)
Hubungan tiap fonem dengan konteks
fonetiknya.
2)
Hubungan kata-kata satu sama lin dalam
kalimat.
3)
Hubungan morfem pada satu kata dengan
morfem yang sama pada kata lain dan hubungannya dengan kata itu.
4)
Jenis kalimat dan bagaimana kalimat itu
digolongkan.
5)
Hubungan kalimat dengan konteks situasi.
Teori Noam Chomsky. Noam
Chomsky adalah linguis Amerika dengan teori tata bahasa generative
transformasinya dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam psikolinguistik.
BAB VI TEORI PEMBELAJARAN DALAM
PSIKOLOGI
1.
Teori-Teori
Stimulus-Respons
Teori
ini memiliki dasar pandangan bahawa perilaku itu, termasuk perilaku berbahasa,
bermula dengan adanya stimulus (rangsangan, aksi) yang segera menimbulkan
respons (reaksi, gerak balas).
2.
Teori
– Teori Kognitif
Teori-teori
kognitif ini pada awal kelahirannya dimulai dengan penggabungan S-R dan teori
Gestalt yang dilakukan oleh Tolman dan kawan-kawan.
BAB: VII ASPEK NEUROLOGI BAHASA
1.
Sturktur,
Fungsi, dan Pertumbuhan Otak
Otak
(serebrum dan sereblum), sumsum tulang belakang atau medulla spinalis dan saraf
tepi adalah komponen dalam system
susunan saraf manusia. Otak terdiri dari dua hamisfer (belahan),yaitu hamisfer
kiri dan hamisfer kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Menurut
Volpe perkembangan dan pertumbuhan otak manusia terdiri atas enam tahap, yaitu:
(1)
Pemebentukan tulang neural
(2)
Profilerasi seluler untuk membentuk
calon sel neuron dan glia
(3)
Perpindahan seluler dari germinal
subependemal ke korteks
(4)
Deferensiasi seluler menjadi neuron
spesifik
(5)
Perkembangan akson dan dendrityang
menyebabkan bertambahnya sinaps
(6)
Elemenisiselsktif neuron, sinaps, dan
sebagainya untuk spesifikasi.
1.
Fungsi
Kebahasaan Otak
Banyak
penemuan-penemuan dari para ahli bedah mengenai kerusakan otak yang
mempengaruhi kesulitan bahasa seseorang.
Juga penemuan yang memperkuat teori bahwa letak kemampuan bahasa di
sebelah kiri otak.
2.
Teori
Lateralisasi
Para
pakar psikologi meragukan teori lateralisasi ini, namun bukti dan eksperimen
yang dilakukan Broca dan Wernicke ,kebenaran teori lateralisai itu bisa
dipertimbangkan.
3.
Teori
Lokalisasi
Teori
ini berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan
daerah Wernicke. Cara untuk menunjukan
teori lokalisasi ini, antara lain sebagai berikut.
a.
Teknik stimulus elektrik
b.
Teknik perbedaan anatomi otak
c.
Cara melihat otak dengan PET
4.
Hemisfer yang Dominan
5.
Otak
Wanita
Temuan
mutakhir neurologi menegaskan bahwa otak wanita lebih unggul. Letak keunggulan
otak wanita sebagai berikut.
a.
Otak wanita lebih seimbang
b.
Otak wanita lebih tajam
c.
Lebih awet dan selektif
6.
Peningkatan
Kemampuan Otak: Membaca dengan Kedua Belah Otak
Menurut
Diane, langkah pertama yang harus dilakukan unutk mengubah kebiasaan itu adalah
membaca dengan runtut dari samping kiri ke samping kanan halaman,dengan bantuan
jari tangan yang digunakan untuk mengikuti baris demi baris kalimat tersebut.
Mata harus dibiasakan untuk mengikuti rute ini secara tertib. Metodeini
bergantung pada koordinasi mata, jari, dan otak.
Latihan
dilakukan secara rutin dan kedua belahan otak difungsikan secara optimal, maka
kecepatan membaca dan tingkat
pemahamannya pun akan mudah untuk ditingkatkan.
7.
Pemberbahasaan
Hewan
Karena
ketidakadaan fungsi-fungsi yang disebut manusiawi inilah maka hewan-hewan
tersebut tidak dapat berbicara atau berbahasa. Mengerti bahasa dan dapat
berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-hewan yang dilatih, memang dapat
mengerti bahasa. Namun kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena dia
mengerti bahasa, melainkan sebagai hasil respons-respons yang dikondisikan.
Banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia pada hewan primata,
yakni simpanse.
BAB VIII GANGGUAN BERBAHASA
Secara
medis menurut Sidharta gangguan berbahasa itu dapat dibedakan sebagai berikut.
1)
Gangguan berbicara
a.
Gangguan mekanisme berbicara
b.
Gangguan akibat Multifaktorial
c.
Gangguan psikogenik
2)
Gangguan berbahasa
a.
Afasia motorik
b.
Afasia Sensorik
3)
Gangguan Berfikir
a.
Pikun (Demensia)
b.
Sisofrenik
c.
Depresif
4)
Gangguan Lingkungan Sosial
Yaitu
terasingnya seorang anak manusia,yang aspek biologis bahasanya normal dari
lingkungan kehidupan manusia.
a.
Kasus Kamala
Kamala
dan adiknya dipelihara oleh serigala, dan ditemukan ketika baru berumur 8 tahun
dan hidup sampai umur 9 tahun, sedangkan
adiknya ketika ditemukan berusia dua tahun dan tak lama setelah ditemukan
adiknya meninggal. Karena hidup di tengah serigala, ia sangat mirip dengan
serigala.
b.
Kasus Genie
Genie
berada dalam “asuhan orang tuanya, tetapi dengan cara terlepas dari kehidupan
yang wajar.sejak berusia 20 bulan sampai berusia 13 tahun 9 bulan Genie hidup
terkucil di dalam ruang yang sempit dan gelap dalam posisi duduk dan terikat.
Tanpa ada suara dan berada dalam kondisi yang kurang terlibat secara sosial,
primitive, terganggu secara emosional, dan takdapatberbahasa (berbicara).
BAB IX PEMEROLEHAN BAHASA: BEBERAPA
HIPOTESIS
Hipotesis Nurani. Hipotesis
nurani bahasa merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua
dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh
fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia.
Hipotesis Tabularasa. Secara
harfiah tabularasa berarti ‘kertas kosong’,dalam arti belum ditulisi apa-apa.
Hipotesis ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti
kertas kosong, yang nanti akan ditulisi dengan pengalaman-pengalaman.
BAB X PEMEROLEHAN SINTAKSIS
Teori Tata Bahasa Pivot. Ucapan
dan dua kata anak-anak terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi
munculnya kata-kata itu di dalam kalimat. Kedua jenis kata itu dikenal dengan
nama kelas Pivot dan kelas terbuka. Bedasarkan kedua jenis kata ini lahirlah
teori yang disebut teori tata bahasa Pivot.
Teori Hubungan Tata Bahasa Nurani. Pemerolehan
sintaksis anak-anak ditentukan oleh hubungan-hubungan tata bahasa universal. Namun, teori ini juga banyak juga mendapat kritik dari sejumlah
pakar. Padahal teori ini didukung dengan rumus-rumus yang bisa dipertanggungjawabkan.
Kritikan itu diantaranya dari Bowermen yang menyatakan teori hubungan bahasa murani yang dikemukakan
Mc. Neil kurang mendapat hubungan, menurutnya anak-anak menggunakan rumus-rumus
urutan sederhana untuk kata-kata yang dapat
mengisi bermacam-macam fungsi semantik.
Teori Hubungan Tata Bahasa dan
Informasi Situasi. Bloom (1970)
mengatakan bahwa hubungan-hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi
situasi (konteks) belum mencukupi untuk menganalisis ucapan atau bahasa
kanak-kanak. Teori Kumulatif Kompleks. Brown
(1973) yang mengemukakan teori ini menyebutkan data yang dikumpulkannya, urutan
pemerolehan sintaksis oleh anak-anak ditentukan kumulatif kompleks semantic
morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh itu.
Teori Pendekatan Semantik. Teori
ini pertamakali diperkenalkan oleh Bloom (1970) yang sudah dijelasakan pada
teori sebelumnya.Bloom mengkaji perkembangan sintaksis ini berdasarkan teori
generative transformasi Chomsky (1965).
BAB XI: PEMEROLEHAN SEMANTIK
Teori Hipotesis Fitur Semantik. Secara
umum Clark (1977) menyimpulkan perkembangan pemerolehan semantik ini ke dalam
empat tahap.
a.
Tahap penyempitan makna kata
b.
Tahap generalisasi berlebihan
c.
Tahap medan semantik
d.
Tahap generalisasi
Teori Hipotesis Hubungan-Hubungan
Gramatikal. Mc. Neil mengemukakan teori pemerolehan
sintaksis. Menurutnya, pada waktu dilahirkan anak-anak telah dilengkapi dengan
hubungan-hubungan gramatikal dalam yang nurani.
Teori Hipotesis Generalisasi. Anglin
(1975-1977)yang memperkenalkan teori ini. Menurut Anglin perkembangan semantik anak-anak melihat hubungan satu
proses generalisasi, yakni kemampuan anak-anak melihat hubungan semantik antara
nama-nama benda (kata-kata) mulai dari yang konkret sampai pada yang abstrak.
Teori Hipotesis Primitif-Primitif
Universal. Bahasa yang ada di dunia ini dilandasi
oleh satu perangkat primitive-primitif semantik atau komponen-komponen semantik
universal dengan rumus-rumus atau prinsisp-psrinsip yang sudah ada sejak awal
yang digunakan oleh manusia untuk menggolongkan dan menggabungkan primitif-primitif semantik ini
dengan butir-butir leksikal yang diamati oleh manusia itu sendiri.
BAB XII PEMEROLEHAN FONOLOGI
Teori Struktural Univarsal. Pengamatannya
terhadap bunyi-bunyi bayi pada tahap membabael dan menemukan bahwa bayi yang
normal mengeluarkan berbagai ragam bunyi dalam vokalisnya baik bunyi vocal
maupun konsonan menyimpulkan adanya dua tahap dalam pemerolehan fonologi, yaitu
(1) tahap membabel prabahasa, dan (2) tahap pemerolehan bahasa murni.
Teori Generatif Sturuktural
Universal. Teori Jakobson di atas kemudian
diperluas oleh Moskowitz (1970,1971), dengan cara menerapkan unsure-unsur
fonologi generative yang diterapkan Chomsky dan Halle (1968). Diantaranya
kesimpulan dengan eksperimen yaitu penolaknnya terhadap pendapat bahwa
pemerolehan tahap fonetik berlaku dengan cara-cara yang sama bagi semua anak-anak di dunia.
Teori Proses Fonologi Alamiah. Suatu
proses fonologi terdiri dari kesatuan-kesatuan
yang saling bertentangan.
Masalah-masalah yang bertentangan ini dapat dipecahkan dengan tiga cara
berikut.
a.
Menindas salah satu dari kedua proses
yang bertentangan itu..
b.
Membatasi jumlah segmen atau jumlah
konteks yang terlibat dalam proses itu.
c.
Mengatur terjadinya proses
penghilangan bunyi dan proses pengadaan bunyi suara secara berurutan.
Teori Prosodi-Akustik. Waterson
menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip dasar pemerolehan morfologi anak-anak adalah
sama,meskipun menggunakan strategi yang berlainan. Jika anak-anak mencoba
mengucapkan dua suku kata,maka yang diucapkan adalah pengulangan daripada suku
kata tunggal itu.
Teori Kontras dan Proses. Fonologi
yang mempelari bunyi dalam teori ini
pemerolehan bunyi tidak terjadi secara tiba-tiba dan sendiri-sendiri,
melainkan secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur. Pemerolehan fonologi anak-anak terjadi
melalui beberapa proses penyederhanaan umum yang melibatkan semua kelas bunyi.
BAB XIII PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
1.
Teori
Perkembangan Bahasa Anak
a.
Pandangan Nativisme
Nativisme
berpendapat bahwa bahasa itu kompleks dan rumit karena selama proses
pemerolehan bahasa pertama, anak-anak
sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnmya yang secara genetis
telah diprogramkan.
b.
Pandangan Behaviorisme
Kaum
behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama kali dikendalikan
dari luar anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan.
c.
Pandangan Kognitivisme
Bahasa
disturukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada
perubahan lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi dan urutan
perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.
2.
Perkembangan
Motorik
Perkembangan
motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang paling tamak,yakni sebuah
perkembangan yang bertahap dari duduk, merangkak, sampai berjalan.
3.
Perkembangan
Sosial dan Komunikasi
Semenjak
lahir bayi sudah “disetel” secara biologis untuk berkomunikasi, dia akan
tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan oleh orang yang disekitarnya
(terutama ibunya).
4.
Perkembangan
Kognitif
Piaget
menyatakan ada beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak.
Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut:
a.
Tahap Sensormotorik
b.
Tahap Praoperasional
c.
Tahap Operasional Konkret
d.
Tahap operasional Formal
5.
Perkembangan
Bahasa
Tahap
perkembangan bahasa bayi dapat dibagi dua, yaitu tahap perkembangan artikulasi
dan tahap perkembangan kata dan kalimat.
a.
Tahap perkembangan artikulasi
b.
Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
c.
Tahap Menjelang Sekolah
BAB XIV PEMBELAJARAN BAHASA
1.
Dua
Tipe Pembelajaran Bahasa
Ellis (1986:215) menyebutkan terdapat dua tipe
pembelajaran bahasa:
Tipe natualistic/
Belajar bahasa menurut tipe ini sama prosesnya
dengan pmerolehan bahasa pertama yang berlangsungsecara alamiah dilingkungan
keluarganya, namun tentu adanya perbedaan antara hasil yang diperoleh anak-anak
dengan orang dewasa.
Tipe formal dalam kelas. Tipe
formal ini berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat
bantunya telah disiapkan. Seharuskan hasil yang dipeoleh di dalam kelas lebih
berhasil dibandingkan dengan hasil naturalistic
2.
Sejarah
Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran
bahasa ada sejak adanya interaksi antara dua masyarakat atau lebih yang
memiliki bahasa yang berbeda. Berabad-abad lamanya pembelajaran bahasa
berlangsung tanpa perubahan.
3.
Hipotesis-Hipotesis
Pembelajaran Bahasa
Hasil
yang telah dicapai oleh para ahli pembelajaran bahasa sampai saat ini belum
secara mantap . oleh karena itu masih disebut hipotesis. Di antara
hipotesis-hipotesis itu yang perlu diketahui adalah sebagai berikut.
a.
Hipotesis kesamaan antara B1 dan B2
b.
Hipotesis Kontrasif
c.
Hipotesis krashen
d.
Hipotesis bahasa – antara
e.
Hipotesis pijinisasi
4.
Faktor-Faktor
Penentu dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
Faktor motivasi. Dalam
pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang dalam
dirinya ada keinginan, dorongan atau tujuan yang ingin dicapai daalm belajar
bahasa kedua cendrunh akan libih berhasil dibandingkan dengan orang yang
belajar tanpa dilandasi oleh sustudpronhan atau doronhan serta mitivasi.
Faktor usia. Ada
anggapan umum bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua bahwa anak-anak lebih baik
dan lebih berhasil dalam pembelajara bahasa kedua dibandingkan orang dewasa.
Anak-anak tampaknya lebih mdah memperoleh dahasa baru, sedangkan orang dewasa
tampaknya maendapatkan kesulitan dalam memporoleh tingkat kemahiran bahasa
kedua.
Faktor penyajian formal. Pembelajaran atau penyajian pembelajaran bahasa
secara formal tentu memiliki pengaruh terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam
memperoleh bahasa kedua karena berbagai faktor dan fariabel telah dipersiapkan
dan diadakan dengan sengaja.
Faktor bahasa pertama. Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya
percaya bahwa bahasa pertama mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan
bahasa kedua, dan bahasa pertama ini dianggap menjadi pengangu dalam proses
pembelajaran bahasa kedua.
Faktor lingkungan. Lingkungan bahasa disini
adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa
kedua yang dipelajarinya.
Lingkungan bahasa dapat dibedakan kepada :
1. Lingkungan
formal
2. lingkungan
informal
5.
Transfer dan Interferensi
Dewasa ini banyak orang
Indonesia dalam berbahasa Indonesia menyelipkan sejumlah butir leksikal bahasa
asing (Inggris, Arab, dan sebagainya). Hal ini merupakan transfer yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan dua alasan yaitu dia tidak tahu
padananannya dalam bahasa Indonesia, dan kedua sebagai sarana gengsi, untuk
memberi kesan bahwa dia orang pandai.
BAB XV ASPEK MAKNA UJARAN
1.
Hakikat Makna
Arti atau makna adalah hubungan
antara tanda berupa lambang bunyi-ujaran dengan hal atau yang dimaksudkan. Berbicara
tentang makna, pertama perlu diingat adanya dua bidang kajian tentang makna,
yaitu semantik atau semiotik. Kedua bidang kajian ini sama-sama meneliti atau
mengkaji tentang makna. Bedanya, semantik khusus mengkaji makna bahasa sebagai
alat komunikasi verbal manusia, sedangkan semiotik mengkaji semua makna yang
ada dalam kehidupan manusia, seperti makna-makna yang dikandung oleh berbagai
tanda dan lambang serta isyarat lainnya.
Dalam praktek berbahasa ternyata juga makna suatu ujaran
tidak bisa dipahami hanya dari kajian semantik, tetapi juga harus dibantu oleh
dan anggota tubuh serta mimik, dan sebagainya. kajian semiotik, seperti
pemahaman mengenai gerak-gerik tubuh dan anggota tubuh serta mimik dan
sebagainya.Verhaar (1978) yang mendasarkan teorinya pada teori signe’ linguitique
dari Ferdinand de Saussure (1916) menyatakan bahwa makna adalah gejala internal
bahasa.
2.
Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna sebenarnya makna yang sesuai
dengan hasil observasi kita, makna apa adanya atau makna yang ada dalam kamus. Makna
leksikal, yakni makna kata berdasarkan kamus. Makna ini terdapat pada kata-kata
yang belum mengalami proses perubahan bentuk.
Jadi, makna leksikal ialah
makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah
struktur (frase klausa atau kalimat). Contoh: Rumah: bangunan untuk tempat
tinggal manusia. Makan: mengunyah dan menelan sesuatu. Makanan: segala sesuatu
yang boleh dimakan, dan lain-lain.
Namun persoalannya tidak sesederhana itu, sebab ada sejumlah
kasus di dalam studi semantik yang menyangkut makna leksikal itu. Kasus-kasus
itu adalah:
a.
Kasus
kesinoniman
b.
Kasus
keantoniman
c.
Kasus
kehomonimian
d.
Kasus
kehiponiman dan kehiperniman
3.
Makna
Gramatikal
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal
seperti afikasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya dalam
proses afikasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal
“memakai baju”. Tampaknya makna-makna gramatikal yang dihasilkan oleh proses
gramatikal ini berkaitan erat dengan fitur makna yang dimiliki setiap butir
leksikal dasar.
Fitur Makna. Makna setiap butir leksikal dapat
dianalisis atas fitur-fitur makna yang membentuk makna keseluruhan butir
leksikal itu seutuhnya.
Makna Gramatikal Afiksasi. Afiksasi adalah pembubuhan afiks
pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia afiksasi merupakan salah satu proses
penting dalam pembentukan kata dan penyampaian makna.
Makna Gramatikal Reduplikasi. Reduplikasi juga merupakan satu
proses gramatikal dalam pembentukan kata.
Makna Gramatikal Komposisi. Butir
leksikal dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, adalah terbatas,
padalah konsep-konsep yang berkembang dalam kehidupan manusia akan selalu
bertambah.
Kasus Kepolisemian. Sebuah kata atau ujaran disebut polisemi kalau kata itu
mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kasus polisemi, biasanya makna pertama
adalah makna sebenarnya, yang lain adalah makna yang dikembangkan.
4.
Makna
Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang
berada di dalam satu konteks.
Konteks ujaran itu dapat berupa konteks intrakalimat,
antarkalimat, bidang ujaran atau situasi ujaran.
Konteks
intrakalimat.
Makna sebuah kata tergantung pada kedudukannya di dalam kalimat, baik menurut
letak posisinya di dalam kalimat maupun menurut kata-kata lain yang berada di
depan maupun di belakangnya.
Konteks antarkalimat. Ujaran dalam bentuk kalimat yang
baru bisa di pahami maknanya berdasarkan hubungannya dengan makna kalimat
sebelum atau sesudahnya.
Konteks
situasi. Maksudnya
adalah kapan, dimana, dan suasana apa ujaran itu di ucapkan.
5.
Makna
Kohesi dan Koherensi
Kohesi
Kohesi atau
kepaduan wacana banyak melibatkan aspek gramatikal dan aspek leksikal. Sehingga
penanda yang digunakan untuk mencapai kepaduan sebuah wacana juga meliputi
kedua aspek tersebut. Penanda yang dipakai untuk menandai kohesif setidaknya
suatu wacana, meliputi: pronomina, substitusi, elipsis, konjugasi, dan leksikal
(Halliday dan Hasan dalam Tarigan, 1987: 97).
Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan,
fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan
yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang
digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan
(seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan
(komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal),
kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
Perbedaan
antara kohesi dan koherensi pada sesuatu yang terpadu atau yang berpadu.
Dalam kohesi, yang terpadu adalah unsur-unsur lahiriah teks, termasuk
struktur lahir (tata bahasa).
BAB III
KOMENTAR
Secara keseluruhan buku Psikolinguistik Kajian Teoritik
karangan Abdul Chaer ini baik, karena penulis pun belum mampu menulis sebuah
buku sehebat buku ini yang banyak memaparkan teori-teori mengenai
Psikolinguistik. Namun.karya manusia tidak ada yang sempurna, buku
Psikolinguistik ini mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
Psikolinguistik itu sendiri, dari cara penyajian dan bahasa.
BAB IV
SIMPULAN
Psikolinguistik mencoba menguraikan
proses-proses psikologi yang berlangsung
jika seseorang mengucapkan
kalimat- kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana
kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoritis tujuan
utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara
linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa
dan pemerolehannya.