Jumat, 11 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.                Identitas buku
Judul buku                  : Psikolingistik: Kajian Teoritik
Penulis                         : Abdul Chaer
Penerbit                       : PT Rineka Cipta, Jakarta
Tahun terbit                 : 2009
Jumlah halaman           : 313 halaman
Jumlah bab                  : 15 bab

Buku Psikolimguistik oleh Abdul Chaer ini terdiri dari 15 bab, dengan rincian sebagai berikut:
BAB I             : PENDAHULUAN
BAB II                        : SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
BAB III          : BAHASA DAN BERBAHASA
BAB IV          : HUBUNGAN BERBAHASA, BERPIKIR, DAN BERBUDAYA
BAB V            : TEORI – TEORI LINGUISTIK
BAB VI          : TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI
BAB VII         : ASPEK NEUROLOGI BAHASA
BAB VIII       : GANGGUAN BERBAHASA
BAB IX          : PEMEROLEHAN BAHASA: BEBERAPA HIPOTESIS
BAB X            : PEMEROLEHAN SINTAKSIS
BAB XI          : PEMEROLEHAN SEMANTIK
BAB XII         : PEMEROLEHAN FONOLOGI
BAB XIII       : PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
BAB XIV       : PEMBELAJARAN BAHASA
BAB XV         : ASPEK MAKNA UJARAN

B.                 Alasan Pemilihan Buku
Penulis memilih buku Psikolinguistik: Kajian Teoritik  karangan Abdul Chaer ini karena  buku ini buku yang sarat dengan teori-teori psikolinguistik, hal ini tentu dipengaruhi oleh sang pengarang. Buku ini penulis rasa bisa membantu mengetahui dan memahami mengenai psikolinguistik.












ISI BUKU
BAB I: PENDAHULUAN
1.                  Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology berasal  dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu.  Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa.
Pengertian psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa psikologi langsung menyelidiki jiwa)  istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.
2.                  Linguistik
Linguistik  adalah  ilmu  yang mempelajari  bahasa secara ilmiah  Sejalan dengan  pendapat di atas Martinet mengemukakan  (1987: 19) mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
3.                  Psikolinguistik
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Secara lebih rinci Chaer (2003: 6)  berpendapat bahwa  psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
4.                  Subdisiplin Psikolinguistik
a.                   Psikolinguistik Teoritis
b.                  Psikolinguistik Perkembangan
c.                   Psikolinguistik Sosial
d.                  Psikolinguistik Pendidikan
e.                   Psikolinguistik Neourologi
f.                   Psikolinguistik Eksperimen
g.                  Psikolinguistik Terapan

5.                  Induk Disiplin Psikolinguistik
Beberapa pakar berpendapat, psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi bahasa (psychology of language) yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya.
6.                  Pokok Bahasan Psikolinguistik
Pokok bahasan Psikolinguistik itu eraat kaitannya dengan kegiatan proses belajar-mengajar bahasa itu, yang mencakup masalah-masalah tertentu.

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK
Istilah Psikolinguistik baru muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood yang berjudul Psycholinguistics: A Survey of Theory and Research Problems, padahal sebenarnya sejak zaman Panini, ahli tata bahasa dari India,dan Sokrates ahli filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa dan berbahasa telah dilakukan orang.
1.                  Psikologi dalam Linguistik
Salah satu pakar linguistik yang menaruh perhatian besar pada psikologi, yaitu Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistic berkebangsaan Jerman telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia.
2.                  Linguistik dalam Psikologi
Jhon Dewey (1859-1952), seorang empirisme murni dari Amerika. Ia mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistic bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi.
3.                  Kerja Sama Psikologi dan Linguistik
Secara langsung dimulai sejak 1860, Heyman Steinthal seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli linguistik, menurutnya ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Kerja sama ini kemudian lebih erat pada tahun 1901 di Jerman oleh Albert.
4.                  Psikolinguistik sebagai Disiplin Ilmu Mandiri
Pada awal perkembangannya banyak pakar psikologi yang berminat pada linguistic, dan banyak pakar linguistik yang berminat pada psikologi, sehingga melahirkan kerja sama antara pakar linguistik dan psikologi untuk menelaah masalah keberbahasaan  maka dalam periode ini banyak pakar yang tidak merasa lagi sebagai ahli psikologi maupaun ahli linguistik, melainkan merasakan dirinya sudah sebagai pakar psikolinguistik.
5.                  Tiga Generasi dalam Psikolinguistik
Tiga generasi dalam psikolinguistik menurut Parera (1996).
a.                    Psikolinguistik Generasi Pertama
Parera mencatat kelamahan dari teori psikolinguistik generasi pertama ini yaitu adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa, psikolinguistik generasi pertama ini bersifat anomistik, dan psikolinguistik generasi pertama ini bersifat individualis.
b.                    Psikolinguistik Generasi Kedua       
Generasi kedua ini berpendapat bahwa dalam  proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang  diperoleh, melainkan kaidah dan system kaidah yang diperoleh,
c.                     Psikolinguistik Generasi Ketiga
Pertama, orientasinya kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Kedua, keterlepasan dari kerangka “psikolinguistik kalimat” dan keterlibatan dalam  psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks. Ketiga, adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan perpikiran.

BAB III BAHASA DAN BERBAHASA
1.                  Hakikat Bahasa
Bahasa itu bukan merupakan system tunggal yang dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem fonologi, sintaksis, dan leksikon)
2.                  Asal-Usul Bahasa
Banyak ahli berpendapat mengenai asal-usul bahasa. Bahasa itu yang terjadi dari proses onomatope ,maupun dari kesadaran manusia itu sendiri.
3.                  Fungsi-Fungsi Bahasa
Fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan.
4.                  Sturuktur Bahasa
Sturuktur itu sama dengan tata bahasa yang meupakan pengetahuan penutur suatu bahasa mengenai bahasanya, yang disebut dengan kompetensi yang dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa. Di dalam pelaksanaan bahasa itu ada konsep struktur –dalam dan adanya sturuktur-luar.


BAB IV HUBUNGAN BERBAHASA, BERPIKIR, DAN BERBUDAYA
Teori Wilhelm Von Humboldt berpandangan hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri.
Teori Sapir-Whorf. Menurut hipotesis Whorf  /hipotesis Sapir Whorf mengenai relativitas bahasa. Menurut hipotesis itu, bahasa-bahasa yang berbeda “membelah alam” ini dengan cara yang berbeda, sehingga tercipta salah satu relativitas sitem-sitem konsep yang tergantung pada bahasa-bahasa yang beragam itu.
Teori Jean Piaget. Sarjana Perancis ini berpendapat bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada, karena pikiran yang menentukan aspek-aspeksintaksis dan leksikon bahasa; bukan sebaliknya.
Teori L.S. Vygotsky. Sarjana bangsa Rusia ini berpendapat bahwa adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa.
Teori Noam Chomsky. Ia mengajukan teori klasik yaitu teori hipotesis nurani. Hipotesis nurani berpendapat bahwa sturuktur-sturuktur-dalam bahasa adalah sama, sturuktur bahasa – dalam  adalah nurani.
Teori Eric Lenneberg. Eric Lennerberg mengajukan teori yang disebut Teori Kemampuan Bahasa Khusus. Ia menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia yang bersumber pada genetik tersendiri secara asal.
Teori Bruner. Bruner dengan teori yang disebut Teori Instrumentalisme  bahwa bahasa ada;lah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu.
Kekontroversialan Hipotesis Sapir-Whorf
Para ahli mengkritik dan menguji hipotesis Sapir-Whorf itu, bahasa bukan menyebabkan perbedaan-perbedaab kebudayaan, tetapi hanya mencerminkan kebudayaan tersebut.
Kebudayaan adalah milik suatu masyarakat, sedangkan pemikiran milik perseorangan. Anggota-anggota masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama sering memiliki pemikiran atau pandangan hidup yang berbeda.
BAB V: TEORI-TEORI LINGUISTIK
Teori Ferdinand De Saussure (1858-1813). Seorang linguis Swiss yang sering disebut sebagai Bapak atau Pelopor Linguistik Modern. Bukunya yang terkenal Course de Linguistique  Generale yang diterbitakan murid-muridnya sendiri berdasarkan catatan kuliah setelah Saussure meninggal.
Teori Leonard Bloomfield (1887-1949). Teori Bloomfield didasarkan pada andaian-andaian dan defenisi-defenisi karena kita tidak mungkin mendengar semua ujaran di dalam suatu masyarakat tutur.  Dalam teori Bloomfield ada beberapa istilah/term yang dikenal hingga sekarang. Yaitu: Fonem, Morfem, Frase, Kata Kalimat.
Teori Jhon Rupert Firth (1890-1960). Manurut Firth arti tiap kalimat terdiri dari lima dimensi yaitu:
1)                  Hubungan tiap fonem dengan konteks fonetiknya.
2)                  Hubungan kata-kata satu sama lin dalam kalimat.
3)                  Hubungan morfem pada satu kata dengan morfem yang sama pada kata lain dan hubungannya dengan kata itu.
4)                  Jenis kalimat dan bagaimana kalimat itu digolongkan.
5)                  Hubungan kalimat dengan konteks situasi.
Teori Noam Chomsky. Noam Chomsky adalah linguis Amerika dengan teori tata bahasa generative transformasinya dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam psikolinguistik.



BAB VI TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI
1.                  Teori-Teori Stimulus-Respons
Teori ini memiliki dasar pandangan bahawa perilaku itu, termasuk perilaku berbahasa, bermula dengan adanya stimulus (rangsangan, aksi) yang segera menimbulkan respons (reaksi, gerak balas).
2.                  Teori – Teori Kognitif
Teori-teori kognitif ini pada awal kelahirannya dimulai dengan penggabungan S-R dan teori Gestalt yang dilakukan oleh Tolman dan kawan-kawan.

BAB: VII ASPEK NEUROLOGI BAHASA
1.                  Sturktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak
Otak (serebrum dan sereblum), sumsum tulang belakang atau medulla spinalis  dan saraf tepi adalah  komponen dalam system susunan saraf manusia. Otak terdiri dari dua hamisfer (belahan),yaitu hamisfer kiri dan hamisfer kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum.  Menurut Volpe perkembangan dan pertumbuhan otak manusia terdiri atas enam tahap, yaitu:
(1)               Pemebentukan tulang neural
(2)               Profilerasi seluler untuk membentuk calon sel neuron dan glia
(3)               Perpindahan seluler dari germinal subependemal ke korteks
(4)               Deferensiasi seluler menjadi neuron spesifik
(5)               Perkembangan akson dan dendrityang menyebabkan bertambahnya sinaps
(6)               Elemenisiselsktif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi.



1.                  Fungsi Kebahasaan Otak
Banyak penemuan-penemuan dari para ahli bedah mengenai kerusakan otak yang mempengaruhi kesulitan bahasa seseorang.  Juga penemuan yang memperkuat teori bahwa letak kemampuan bahasa di sebelah kiri otak.
2.                  Teori Lateralisasi
Para pakar psikologi meragukan teori lateralisasi ini, namun bukti dan eksperimen yang dilakukan Broca dan Wernicke ,kebenaran teori lateralisai itu bisa dipertimbangkan.
3.                  Teori Lokalisasi
Teori ini berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke.  Cara untuk menunjukan teori lokalisasi ini, antara lain sebagai berikut.
a.                   Teknik stimulus elektrik
b.                  Teknik perbedaan anatomi otak
c.                   Cara melihat otak dengan PET
4.                  Hemisfer yang Dominan
5.                  Otak Wanita
Temuan mutakhir neurologi menegaskan bahwa otak wanita lebih unggul. Letak keunggulan otak wanita sebagai berikut.
a.                   Otak wanita lebih seimbang
b.                  Otak wanita lebih tajam
c.                   Lebih awet dan selektif

6.                  Peningkatan Kemampuan Otak: Membaca dengan Kedua Belah Otak
Menurut Diane, langkah pertama yang harus dilakukan unutk mengubah kebiasaan itu adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke samping kanan halaman,dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti baris demi baris kalimat tersebut. Mata harus dibiasakan untuk mengikuti rute ini secara tertib. Metodeini bergantung pada koordinasi mata, jari, dan otak.
Latihan dilakukan secara rutin dan kedua belahan otak difungsikan secara optimal, maka kecepatan  membaca dan tingkat pemahamannya pun akan mudah untuk ditingkatkan.
7.                  Pemberbahasaan Hewan
Karena ketidakadaan fungsi-fungsi yang disebut manusiawi inilah maka hewan-hewan tersebut tidak dapat berbicara atau berbahasa. Mengerti bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-hewan yang dilatih, memang dapat mengerti bahasa. Namun kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena dia mengerti bahasa, melainkan sebagai hasil respons-respons yang dikondisikan. Banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia pada hewan primata, yakni simpanse.
BAB VIII GANGGUAN BERBAHASA
Secara medis menurut Sidharta gangguan berbahasa itu dapat dibedakan sebagai berikut.
1)                  Gangguan berbicara
a.                   Gangguan mekanisme berbicara
b.                  Gangguan akibat Multifaktorial
c.                   Gangguan psikogenik
2)                  Gangguan berbahasa
a.                   Afasia motorik
b.                  Afasia Sensorik
3)                  Gangguan Berfikir
a.                   Pikun (Demensia)
b.                  Sisofrenik
c.                   Depresif
4)                  Gangguan Lingkungan Sosial
Yaitu terasingnya seorang anak manusia,yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia.
a.                   Kasus Kamala
Kamala dan adiknya dipelihara oleh serigala, dan ditemukan ketika baru berumur 8 tahun dan hidup  sampai umur 9 tahun, sedangkan adiknya ketika ditemukan berusia dua tahun dan tak lama setelah ditemukan adiknya meninggal. Karena hidup di tengah serigala, ia sangat mirip dengan serigala.
b.                  Kasus Genie
Genie berada dalam “asuhan orang tuanya, tetapi dengan cara terlepas dari kehidupan yang wajar.sejak berusia 20 bulan sampai berusia 13 tahun 9 bulan Genie hidup terkucil di dalam ruang yang sempit dan gelap dalam posisi duduk dan terikat. Tanpa ada suara dan berada dalam kondisi yang kurang terlibat secara sosial, primitive, terganggu secara emosional, dan takdapatberbahasa (berbicara).

BAB IX PEMEROLEHAN BAHASA: BEBERAPA HIPOTESIS
Hipotesis Nurani. Hipotesis nurani bahasa merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia.
Hipotesis Tabularasa. Secara harfiah tabularasa berarti ‘kertas kosong’,dalam arti belum ditulisi apa-apa. Hipotesis ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulisi dengan pengalaman-pengalaman.


BAB X PEMEROLEHAN SINTAKSIS
Teori Tata Bahasa Pivot. Ucapan dan dua kata anak-anak terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu di dalam kalimat. Kedua jenis kata itu dikenal dengan nama kelas Pivot dan kelas terbuka. Bedasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa Pivot.
Teori Hubungan Tata Bahasa Nurani. Pemerolehan sintaksis anak-anak ditentukan oleh hubungan-hubungan  tata bahasa universal. Namun, teori ini juga banyak juga mendapat kritik dari sejumlah pakar. Padahal teori ini didukung dengan rumus-rumus yang bisa dipertanggungjawabkan. Kritikan itu diantaranya dari Bowermen yang menyatakan  teori hubungan bahasa murani yang dikemukakan Mc. Neil kurang mendapat hubungan, menurutnya anak-anak menggunakan rumus-rumus urutan sederhana untuk kata-kata yang dapat  mengisi bermacam-macam fungsi semantik.
Teori Hubungan Tata Bahasa dan Informasi  Situasi. Bloom (1970) mengatakan bahwa hubungan-hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi situasi (konteks) belum mencukupi untuk menganalisis ucapan atau bahasa kanak-kanak. Teori Kumulatif Kompleks. Brown (1973) yang mengemukakan teori ini menyebutkan data yang dikumpulkannya, urutan pemerolehan sintaksis oleh anak-anak ditentukan kumulatif kompleks semantic morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh itu.
Teori Pendekatan Semantik. Teori ini pertamakali diperkenalkan oleh Bloom (1970) yang sudah dijelasakan pada teori sebelumnya.Bloom mengkaji perkembangan sintaksis ini berdasarkan teori generative transformasi Chomsky (1965).
BAB XI: PEMEROLEHAN SEMANTIK
Teori Hipotesis Fitur Semantik. Secara umum Clark (1977) menyimpulkan perkembangan pemerolehan semantik ini ke dalam empat tahap.
a.                   Tahap penyempitan makna kata
b.                  Tahap generalisasi berlebihan
c.                   Tahap medan semantik
d.                  Tahap generalisasi
Teori Hipotesis Hubungan-Hubungan Gramatikal. Mc. Neil mengemukakan teori pemerolehan sintaksis. Menurutnya, pada waktu dilahirkan anak-anak telah dilengkapi dengan hubungan-hubungan gramatikal dalam yang nurani.
Teori Hipotesis Generalisasi. Anglin (1975-1977)yang memperkenalkan teori ini. Menurut Anglin perkembangan  semantik anak-anak melihat hubungan satu proses generalisasi, yakni kemampuan anak-anak melihat hubungan semantik antara nama-nama benda (kata-kata) mulai dari yang konkret sampai pada yang abstrak.
Teori Hipotesis Primitif-Primitif Universal. Bahasa yang ada di dunia ini dilandasi oleh satu perangkat primitive-primitif semantik atau komponen-komponen semantik universal dengan rumus-rumus atau prinsisp-psrinsip yang sudah ada sejak awal yang digunakan oleh manusia untuk menggolongkan dan  menggabungkan primitif-primitif semantik ini dengan butir-butir leksikal yang diamati oleh manusia itu sendiri.

BAB XII PEMEROLEHAN FONOLOGI
Teori Struktural Univarsal. Pengamatannya terhadap bunyi-bunyi bayi pada tahap membabael dan menemukan bahwa bayi yang normal mengeluarkan berbagai ragam bunyi dalam vokalisnya baik bunyi vocal maupun konsonan menyimpulkan adanya dua tahap dalam pemerolehan fonologi, yaitu (1) tahap membabel prabahasa, dan (2) tahap pemerolehan bahasa murni.
Teori Generatif Sturuktural Universal. Teori Jakobson di atas kemudian diperluas oleh Moskowitz (1970,1971), dengan cara menerapkan unsure-unsur fonologi generative yang diterapkan Chomsky dan Halle (1968). Diantaranya kesimpulan dengan eksperimen yaitu penolaknnya terhadap pendapat bahwa pemerolehan tahap fonetik berlaku dengan cara-cara yang sama  bagi semua anak-anak di dunia.          
Teori Proses Fonologi Alamiah. Suatu proses fonologi terdiri dari kesatuan-kesatuan  yang saling bertentangan.  Masalah-masalah yang bertentangan ini dapat dipecahkan dengan tiga cara berikut.
a.                     Menindas salah satu dari kedua proses yang bertentangan itu..
b.                    Membatasi jumlah segmen atau jumlah konteks yang terlibat dalam proses itu.
c.                     Mengatur terjadinya proses penghilangan bunyi dan proses pengadaan bunyi suara secara berurutan.
Teori Prosodi-Akustik. Waterson menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip dasar pemerolehan morfologi anak-anak adalah sama,meskipun menggunakan strategi yang berlainan. Jika anak-anak mencoba mengucapkan dua suku kata,maka yang diucapkan adalah pengulangan daripada suku kata tunggal itu.
Teori Kontras dan Proses. Fonologi yang  mempelari bunyi dalam teori ini pemerolehan bunyi tidak terjadi secara tiba-tiba dan sendiri-sendiri, melainkan  secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur.  Pemerolehan fonologi anak-anak terjadi melalui beberapa proses penyederhanaan umum yang melibatkan semua kelas bunyi.
                                     
BAB XIII PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
1.                    Teori Perkembangan Bahasa Anak
a.                   Pandangan Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa bahasa itu kompleks dan rumit karena selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak-anak  sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnmya yang secara genetis telah diprogramkan.  
b.                  Pandangan Behaviorisme
Kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama kali dikendalikan dari luar anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan.
c.                   Pandangan Kognitivisme
Bahasa disturukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi dan urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.
2.                    Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang paling tamak,yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari duduk, merangkak,  sampai berjalan.
3.                    Perkembangan Sosial dan Komunikasi
Semenjak lahir bayi sudah “disetel” secara biologis untuk berkomunikasi, dia akan tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan oleh orang yang disekitarnya (terutama ibunya). 
4.                    Perkembangan Kognitif
Piaget menyatakan ada beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak. Tahap-tahap  itu adalah sebagai berikut:
a.                   Tahap Sensormotorik
b.                  Tahap Praoperasional
c.                   Tahap Operasional Konkret
d.                  Tahap operasional Formal
5.                    Perkembangan Bahasa
Tahap perkembangan bahasa bayi dapat dibagi dua, yaitu tahap perkembangan artikulasi dan tahap perkembangan kata dan kalimat.
a.                   Tahap perkembangan artikulasi
b.                  Tahap Perkembangan  Kata dan Kalimat
c.                   Tahap Menjelang Sekolah

BAB XIV PEMBELAJARAN BAHASA
1.                    Dua Tipe Pembelajaran Bahasa
Ellis (1986:215) menyebutkan terdapat dua tipe pembelajaran bahasa:
Tipe natualistic/ Belajar bahasa menurut tipe ini sama prosesnya dengan pmerolehan bahasa pertama yang berlangsungsecara alamiah dilingkungan keluarganya, namun tentu adanya perbedaan antara hasil yang diperoleh anak-anak dengan orang dewasa.
Tipe formal dalam kelas. Tipe formal ini berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantunya telah disiapkan. Seharuskan hasil yang dipeoleh di dalam kelas lebih berhasil dibandingkan dengan hasil naturalistic
2.                    Sejarah Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa ada sejak adanya interaksi antara dua masyarakat atau lebih yang memiliki bahasa yang berbeda. Berabad-abad lamanya pembelajaran bahasa berlangsung tanpa perubahan.
3.                    Hipotesis-Hipotesis Pembelajaran Bahasa
Hasil yang telah dicapai oleh para ahli pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara mantap . oleh karena itu masih disebut hipotesis. Di antara hipotesis-hipotesis itu yang perlu diketahui adalah sebagai berikut.
a.                   Hipotesis kesamaan antara B1 dan B2
b.                  Hipotesis Kontrasif
c.                   Hipotesis krashen
d.                  Hipotesis bahasa – antara
e.                   Hipotesis pijinisasi

4.                    Faktor-Faktor Penentu dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
Faktor motivasi. Dalam pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang dalam dirinya ada keinginan, dorongan atau tujuan yang ingin dicapai daalm belajar bahasa kedua cendrunh akan libih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa dilandasi oleh sustudpronhan atau doronhan serta mitivasi.
Faktor usia. Ada anggapan umum bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua bahwa anak-anak lebih baik dan lebih berhasil dalam pembelajara bahasa kedua dibandingkan orang dewasa. Anak-anak tampaknya lebih mdah memperoleh dahasa baru, sedangkan orang dewasa tampaknya maendapatkan kesulitan dalam memporoleh tingkat kemahiran bahasa kedua.
Faktor penyajian formal. Pembelajaran atau penyajian pembelajaran bahasa secara formal tentu memiliki pengaruh terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam memperoleh bahasa kedua karena berbagai faktor dan fariabel telah dipersiapkan dan diadakan dengan sengaja.
Faktor bahasa pertama. Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua, dan bahasa pertama ini dianggap menjadi pengangu dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Faktor lingkungan. Lingkungan bahasa disini adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang dipelajarinya. Lingkungan bahasa dapat dibedakan kepada :
1. Lingkungan formal
2. lingkungan informal
5.                    Transfer dan Interferensi
Dewasa ini banyak  orang Indonesia dalam berbahasa Indonesia menyelipkan sejumlah butir leksikal bahasa asing (Inggris, Arab, dan sebagainya). Hal ini merupakan transfer yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan dua alasan yaitu dia tidak tahu padananannya dalam bahasa Indonesia, dan kedua sebagai sarana gengsi, untuk memberi kesan bahwa dia orang pandai.

BAB XV  ASPEK MAKNA UJARAN
1.                    Hakikat Makna
Arti atau makna adalah hubungan antara tanda berupa lambang bunyi-ujaran dengan hal atau yang dimaksudkan. Berbicara tentang makna, pertama perlu diingat adanya dua bidang kajian tentang makna, yaitu semantik atau semiotik. Kedua bidang kajian ini sama-sama meneliti atau mengkaji tentang makna. Bedanya, semantik khusus mengkaji makna bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia, sedangkan semiotik mengkaji semua makna yang ada dalam kehidupan manusia, seperti makna-makna yang dikandung oleh berbagai tanda dan lambang serta isyarat lainnya.
Dalam praktek berbahasa ternyata juga makna suatu ujaran tidak bisa dipahami hanya dari kajian semantik, tetapi juga harus dibantu oleh dan anggota tubuh serta mimik, dan sebagainya. kajian semiotik, seperti pemahaman mengenai gerak-gerik tubuh dan anggota tubuh serta mimik dan sebagainya.Verhaar (1978) yang mendasarkan teorinya pada teori signe’ linguitique dari Ferdinand de Saussure (1916) menyatakan bahwa makna adalah gejala internal bahasa.
2.                    Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna sebenarnya makna yang sesuai dengan hasil observasi kita, makna apa adanya atau makna yang ada dalam kamus. Makna leksikal, yakni makna kata berdasarkan kamus. Makna ini terdapat pada kata-kata yang belum mengalami proses perubahan bentuk.
Jadi, makna leksikal  ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat). Contoh: Rumah: bangunan untuk tempat tinggal manusia. Makan: mengunyah dan menelan sesuatu. Makanan: segala sesuatu yang boleh dimakan, dan lain-lain.
Namun persoalannya tidak sesederhana itu, sebab ada sejumlah kasus di dalam studi semantik yang menyangkut makna leksikal itu. Kasus-kasus itu adalah:
a.                  Kasus kesinoniman
b.                  Kasus keantoniman
c.                  Kasus kehomonimian
d.                 Kasus kehiponiman dan kehiperniman
           
3.                  Makna Gramatikal
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afikasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya dalam proses afikasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal “memakai baju”. Tampaknya makna-makna gramatikal yang dihasilkan oleh proses gramatikal ini berkaitan erat dengan fitur makna yang dimiliki setiap butir leksikal dasar.
Fitur Makna. Makna setiap butir leksikal dapat dianalisis atas fitur-fitur makna yang membentuk makna keseluruhan butir leksikal itu seutuhnya.
Makna Gramatikal Afiksasi. Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia afiksasi merupakan salah satu proses penting dalam pembentukan kata dan penyampaian makna.
Makna Gramatikal Reduplikasi. Reduplikasi juga merupakan satu proses gramatikal dalam pembentukan kata.
 Makna Gramatikal Komposisi. Butir leksikal dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, adalah terbatas, padalah konsep-konsep yang berkembang dalam kehidupan manusia akan selalu bertambah.
Kasus Kepolisemian. Sebuah kata atau  ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kasus polisemi, biasanya makna pertama adalah makna sebenarnya, yang lain adalah makna yang dikembangkan.
4.                  Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.
Konteks ujaran itu dapat berupa konteks intrakalimat, antarkalimat, bidang ujaran atau situasi ujaran.
Konteks intrakalimat. Makna sebuah kata tergantung pada kedudukannya di dalam kalimat, baik menurut letak posisinya di dalam kalimat maupun menurut kata-kata lain yang berada di depan maupun di belakangnya.
Konteks antarkalimat. Ujaran dalam bentuk kalimat yang baru bisa di pahami maknanya berdasarkan hubungannya dengan makna kalimat sebelum atau sesudahnya.
Konteks situasi. Maksudnya adalah kapan, dimana, dan suasana apa ujaran itu di ucapkan.
5.                  Makna Kohesi dan Koherensi
Kohesi
Kohesi atau kepaduan wacana banyak melibatkan aspek gramatikal dan aspek leksikal. Sehingga penanda yang digunakan untuk mencapai kepaduan sebuah wacana juga meliputi kedua aspek tersebut. Penanda yang dipakai untuk menandai kohesif setidaknya suatu wacana, meliputi: pronomina, substitusi, elipsis, konjugasi, dan leksikal (Halliday dan Hasan dalam Tarigan, 1987: 97).
Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
Perbedaan antara kohesi dan koherensi pada sesuatu yang terpadu atau yang berpadu. Dalam kohesi, yang terpadu adalah unsur-unsur lahiriah teks, termasuk struktur lahir (tata bahasa).








BAB III
KOMENTAR
Secara keseluruhan buku Psikolinguistik Kajian Teoritik karangan Abdul Chaer ini baik, karena penulis pun belum mampu menulis sebuah buku sehebat buku ini yang banyak memaparkan teori-teori mengenai Psikolinguistik. Namun.karya manusia tidak ada yang sempurna, buku Psikolinguistik ini mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai Psikolinguistik itu sendiri, dari cara penyajian dan bahasa.















BAB IV
SIMPULAN
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung  jika seseorang  mengucapkan kalimat- kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik  adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar